Cucu Bre Wirabumi Yang Jadi Mursyit 3 Toriqoh

Pasang Iklan Anda disini Hubungi Brama News

Oleh : Maulana Sholehodin

Mencari sisi menyenangkan dalam tiap perjalan keliling Jawa Timur adalah cara untuk menyingkirkan penat dan lelah. Disela-sela tugas memantau pendampingan dana desa kabupaten Madiun, alhamdulillah di desa Sewulan ketemu makam Ulama besar Kyai Ageng Basyariyah atau Raden Mas Bagus Harun putra dari Dugel Kesambi (Pangeran/Ki Ageng Nolojoyo) dan di dadanya mengalir darah biru dari 2 tokoh hebat Breh Wirabumi dan Syekh Maulana Maghribi.

Sang ayah menjadi Adipati Ponorogo pada akhir abad 17 M saat Kerajaan Mataram berkuasa. Hidup dan tumbuh dalam keluarga ningrat, RM Bagus Harun lebih banyak menghabiskan masa mudanya nyantri kepada Kyai Ageng Muhammad Besari (Tegalsari, Ponorogo). RM Bagus Harun tidak hanya belajar ilmu syariat dan tauhid, namun juga memperdalam tashawuf khususnya ajaran tarekat Naqsabandiyah, Syaththariyah dan Akmaliyah. Kecerdasan dan kesholehannya membuat RM Bagus Harun menjadi santri kinasih.

Bersama Tim PA Madiun di Gerbang Makam Sewulan

Saat pemberontakan pada Paku Buwono II yang dilakukan oleh RM Gerendi dan berhasil merebut tahta Mataram. Paku Buwono II beserta pengikut setianya mengungsi ke timur. Ditengah pengungsian, Paku Buwono mendapat petunjuk bahwa bisa membantu di kawasan Ponorogo.

Bertemulah Paku Buwono II dengan Kyai Ageng Muhammad Besari dan santrinya RM Bagus Harun. Atas mandat gurunya, RM Bagus Harun ikut Paku Buwono II ke Kertosuro untuk membantu mengembalikan tahtanya. Dengan kesaktian yang dimilikinya tahta Mataram bisa direbut kembali.

Kolam kuno peninggalan Syekh Basariyah

Atas jasanya itu dan setelah mengetahui bahwa RM Bagus Harun ternyata adalah putra Adipati Ponorogo (yang masih memiliki garis keturunan sampai Panembahan Senopati Sutowijoyo pendiri Mataram), Paku Bowono II berencana mengangkat Bagus Harun sebagai Adipati Banten. Namun Bagus Harun menolak karena harus kembali mengabdi kepada Kyainya di Ponorogo.  Sebagai gantinya, Paku Buwono II memberikan songsong (payung kerajaan) dan lampit. Songsong kerajaan merupakan simbol pemberian tanah perdikan. Belakangan Songsong tersebut berbuah tanah perdikan di kawasan Madiun yang kemudian dinamai “Sewulan” karena konon RM Bagus Harun dapat lailatul qodar, malam seribu bulan (sewu wulan Jawa) dan sampai sekarang saat ramadhan Masjid Sewulan saat malam bilangan rakaat shalatnya tidak terbilang dan dalam suasana lampu dimatikan.

 

Redaktur : Septaria Yusnaeni

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.