Nguling – Krupuk “Doa Ibu” yang sangat laris manis ini sampai tidak bisa memenuhi kebutuhan pasar sebagai krupuk siap makan karena proses menggoreng ditempat produksi sudah tidak mampu lagi dilakukan. Pada akhirnya krupuk ini dijual dalam kondisi mentah yang dibandrol dengan harga Rp 15 ribu perkilo.
Perlengkapan Produksi, Krupuk “Doa Ibu”
PDP Kecamatan Nguling, Haifur dan PDTI Kecamatan Nguling, Tonny Priambodo, bersama PLD Samsul Arifin yang juga didampingi Sekdes Sebalong, Sucipto untuk melihat langsung lokasi maupun proses produksi krupuk “Doa Ibu” di Dusun Makam Cetak Desa Sebalong Kecamatan Nguling, Sabtu 13/5/2017.
Krupuk memang makanan ringan yang sepele namun proses pembuatanya yang masih dikerjakan secara manual membutuhkan keuletan dan kesabaran, karena pengerjaannya masih manual, pengadonan juga masih menggunakan tenaga manusia. Krupuk “Doa Ibu” dengan komposisi utama tepung terigu, garam, gula, penyedap rasa dan lainnya ini memang diproses secara tradisional dengan tenaga utama manusia, maka dari itu tahun ini kita adakan pelatihan untuk pengembangan usaha tersebut, harapannya juga bisa bantu mesin, terutama alat pencampur adonan bahan krupuk, kemudian dibentuk BUMDes melalui Musdes yang nantinya akan dikelola oleh Ibu PKK dan diketuai oleh Ibu Kades Sebalong.
Pendamping Nguling bersama Sekdes Sebalong dengan hasil produksi Krupuk “Doa Ibu”
Kalau dilihat dari sisi pemasaran, krupuk “Doa Ibu” sudah sampai Sidoarjo, Bangil, Kraksaan, Surabaya bahkan sampai tidak bisa memenuhi permintaan karena pengerjaannya masih manual, alat penjemuran sampai sekarang masih beralaskan bambu dengan mengandalkan panas matahari, inilah keadaan sebenarya produk lokal Krupuk “Doa Ibu”. Pendamping Kecamatan Nguling memandang penting untuk segera difasilitasi dalam BUMDes sehingga bisa mendapat pelatihan dan bantuan pengadaan mesin produksi krupuk, sehingga nantinya proses produksi bisa lebih cepat dan mampu memenuhi permintaan pasar.
Redaktur : Septaria Yusnaeni
Leave a Reply