
Penulis : Maulana Sholehodin
Redaktur : Brama News
Apam atau apem adalah makanan yang terbuat dari tepung beras diendapkan semalam dengan mencampurkan telur, santan, gula dan tape serta sedikit garam kemudian dibakar atau dikukus dengan sedikit daun pandan. Aroma pandan pada jajanan ini begitu istimewa. Makanan berjenis roti ini bukan makanan khas Jawa atau Nusantara tapi budaya Timur Tengah dan India. Tradisi kuliner Jawa kuno tidak mengenal roti.
Ada hikayat yang menuturkan bahwa kue apem ini berawal dari murid kinasih Kanjeng Sunan Kalijogo yang bernama Ki Ageng Gribik atau Sunan Geseng yang waktu itu baru pulang ibadah haji dan melihat penduduk desa Jatinom, daerah Klaten, kelaparan. Perjalan haji saat itu cukup lama hingga hampir setahun.
Beliau membuat jajanan apem meniran lalu dibagikan ke penduduk yang kelaparan sambil mengajak mereka mengucapkan lafal dzikir Qowiyyu (Allah Maha Kuat), para penduduk itupun menjadi kenyang. Hal inilah yang menjadi cikal bakal penduduk setempat untuk terus menghidupkan tradisi Ya Qowiyyu setiap bulan menjelang puasa.
Konon penamaan Apem meniran diambil dari kata Afwan Muniron. Karena sedekah itu amal yang bisa menghapus dosa-dosa pada Allah dan menghapus keburukan :
إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (QS Hud [11]: 114)
Di jaman kesultanan Demak berjaya banyak singkritasi budaya Jawa dan Islam salah satunya adalah tradisi sedekah dengan kue paling istimewa dijamannya. Dan ketika itu hidangan paling enak adalah apem. Setiap gelaran acara keraton, apem menjadi kue sedekah wajib.
Di Keraton Yogyakarta juga ada tradisi Apeman. Tradisi ini biasa digelar untuk peringatan bertahtanya seorang sultan. Dalam tradisi tersebut, banyak kue apem yang disediakan sebagai simbol ungkapan rasa syukur dan permohonan ampun atas segala kesalahan.
Konon di Solo ada kirab apem sewu, tradisi ini adalah acara ritual syukuran masyarakat kampung Sewu, Solo, Jawa Tengah yang digelar setiap bulan haji (bulan Zulhijah-kalender penanggalan Islam). Selain itu, upacara ritual syukuran inipun dibuat sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan karena desa dan tempat tinggal mereka terhindar dari bencana.
Dulu di Jawa dan beberapa daerah lain di Nusantara minggu terakhir Sya’ban orang-orang disibukkan saling sedekah kue apem meniran sebagai media hantaran budaya saling berbagi kasih antar tetangga yang tentunya juga saling memaafkan untuk menghormati kedatangan bulan suci dengan jiwa yang suci.
Hari ini apem itu telah menghilang tergantikan postingan status medsos. Berlomba pamer kalimat indah dan lucu, bahkan agar terlihat Islami dibumbuhi hadist, ayat dan tulisan Arab. Kalau dulu berbagi jajanan Arab sekarang berbagi tulisan Arab.
Kini bulan suci Ramadhan sudah dekat, perlombaan posting status indah telah dimulai di altar majlis fesbukiyah. Dan dalam rangka menyambut bulan suci ini saya ucapkan semoga Anda mempunyai kalimat indah untuk diposting.
Leave a Reply