Penulis : Maulana S.
Redaktur : S. Yusnaeni
Menurut Al-Maududi dan mayoritas ulama, Isra’ Mi’raj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara tahun 620-621 M. Menurut Al-Allamah Al-Manshurfuri, Isra’ Mi’raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 keNabian, dan inilah yang populer. Nabi lahir di Tahun 571 M, berusia 40 tahun ketika diangkat menjadi Nabi (611 M) maka Isra’ Mi’raj terjadi pada tahun 621 M.
Yang tidak kita bayangkan adalah bagaimana beban Nabi Muhammad SAW saat menyampaikan perintah sholat dengan cerita Isra’. Kesulitan itu sungguh beban psikologi yang luar biasa, kenapa begitu? Pada tahun 519 M Nabi kehilangan satu-satunya pelindung Nabi dari kebiadaban Qurays yaitu pamannya yang bernama Abu Tholib. Dia yang membesarkan nabi sejak kakeknya Abdul Muttholib meninggal ketika Nabi berumur 8 tahun. Abu Tholib selalu menjadi pelindung Nabi sejak itu seakan-akan dia berkata boleh kau ganggu Muhammad tapi langkahi dulu mayatku. Dan Abu Tholib yang mengawinkan pemuda miskin yatim piatu ini dengan wanita terhormat, kaya raya dan populer yang bernama Khadijah binti Khuwailid. Dialah orang pertama yang mendengar cerita pertemuan antara manusia dengan Jibril di Gua Hira yang menandai masa keNabian dan Sayyidah Khadijah berkata aku percaya padamu suamiku.
Pada tahun yang sama, dua bulan setelah Abu Thalib meninggal Sayyidah Khadijah istri tercinta Nabi meninggal dunia. Nabi juga manusia dia begitu sangat terpukul dan berduka kehilangan orang yang dicintai dan tahun ini disebut amul huzni (tahun berduka).
Pada situasi seperti itu Allah SWT mengIsra’ Mi’rajkan Nabi dengan perintah sholat 5 waktu. Sudah barang tentu orang akan sulit percaya dengan cerita perjalanan Isra’ Mi’raj yang tidak rasional ini. Jangan-jangan Muhammad telah stres karena ditinggal orang tercintanya. Tidak usah tentang ke langit, dari Makkah ke Palestin saja yang kurang lebih 1.500 km tidak mungkin satu malam dengan kuda tercepat sekalipun. Bayangkan jarak antara Anyar Panarukan itu hanya 1084 km. Menurut Google Maps bila naik mobil lewat tol tercepat 14 jam.
Artinya secara psikologis begitu berat posisi Nabi saat itu sehingga yang percaya hanya bisa dihitung dengan jari. Ada tiga reaksi dari berbagai orang yang mendengar kesaksian Nabi Muhammad SAW atas peristiwa ini. Pertama, langsung membenarkan tanpa keraguan sedikit pun seperti Abu Bakar. Kedua, membenarkan namun masih ragu tapi tidak berani mengungkapkannya. Dan ketiga, tidak mempercayai sama sekali, seperti Abu Jahal, yang bahkan sampai terang-terangan menyebut ini adalah cerita gila.
Saya tidak tahu bagaimana Nabi kemudian memilih kalimat yang membuat beberapa orang percaya pada peristiwa yang sampai saat ini diluar logika manusia. Yang jelas bagi saya tidak mudah menjelaskan sesuatu yang diluar nalar logika.
Leave a Reply