Penulis : Maulana S.
Redaktur : S. Yusnaeni
Ada kabar burung Pramono Anom melarang Presiden Jokowi mengunjungi kota Kediri karena kota ini penuh kutukan salah satu rajanya. Tersebutlah Kartikea Singha suami Ratu Shima yang juga penguasa Kerajaan Kalingga (pra Mataram Hindu abad ke-6) di Keling Kepung Kabupaten Kediri. Dia Bersabda dengan kutukan cukup jelas, bila ada pemimpin negara yang tidak suci benar masuk wilayah Kota Kediri maka dia akan jatuh.
Kartikea Singha juga salah satu kepala negara tersohor dijamannya dan menyusun sebuah kitab pidana pertama di Nusantara bernama Kalingga Darmasastra dengan 119 pasal. Melihat prestasinya wajar kalau banyak orang yang percaya.
Kutukan itu diyakini betul oleh masyarakat Jawa, Presiden Soekarno lengser setelah berkunjung ke Kediri, Gus Dur lengser tidak lama setelah membuka Muktamar di Lirboyo. Gus Ipul deklarasi Tim Sukses di Kediri dan Gus Ipul tersungkur. Konon Gus Romy setelah dari Kediri belum sempat pulang ke Jakarta sudah di tangkap KPK. Fakta lain menyatakan Presiden Soeharto selama 32 tahun tidak pernah berani menginjakkan kaki di Kediri walau hanya sekedar melewati.
Ada pantangan lain dalam mitos masyarakat Jawa yaitu masuk ke kota Bojonegoro (kotanya Angling Dharma) dan kalau perang jangan mengawali nyebrang sungai Bengawan Solo, barang siapa yang menyeberang lebih dulu pasti bakal kalah. Kisah ini terbukti dalam kisah peperangan hebat di Bengawan Solo yang menewaskan dua santri Sunan Kudus yaitu Arya Penangsang alias Aryo Jipang penguasa Kadipaten Jipang.
Arya Penangsang tewas bersama kudanya si Garak Rimang, setelah dikeroyok prajurit Sultan Pajang, Sultan Hadiwijaya alias Maskarebet atau Jaka Tingkir. Dalam cerita buku Babad Tanah Jawi yang disusun oleh W.L. Olthof di Leiden, Belanda pada 1941, untuk membunuh Arya Penangsang yang pemberani itu memang sulit karena kesaktiannya tiada tanding. Namun akhirnya Arya Penangsang mati dicacah pedang dan tombak setelah dia melanggar kutukan, yakni menyerang lebih dulu dengan menyeberang Bengawan.
Sunan Kudus adalah penasehat spiritual Raja dan keluarga istana paska meninggalnya Kanjeng Sunan Kalijogo. Di kalangan santri peristiwa kekalahan Aryo Penangsang karena melanggar titah sang guru. Sunan Kudus ngendiko pada kedua santrinya yang sedang bertikai yaitu Joko Tingkir dan Aryo Penangsang “Jangan mengawali peperangan Raden, barang siapa yang mengawali nyebrang Bengawan Sore (solo) dialah yang kalah.” Karena kedua bela pihak saat itu dipisahkan oleh sungai Bengawan.
Mitos selalu tidak rasional seperti mitos dalam sepak bola piala dunia, barang siapa yang tendangannya mengenai mistar gawang maka dipastikan tidak akan menciptakan gol sampai akhir permainan. Tinggal subyektifitas kita memilih percaya atau tidak, itu urusan kita masing-masing karena ini sesuatu yang sangat personal.
Leave a Reply