Penulis : Maulana Sholehodin
Editor : Septaria Yusnaeni
Kesekian kalinya Rocky Gerung mencoba membangun logika sesat dengan membenarkan kasus-kasus hoaks. Rocky mencoba memaknai hoaks dengan menghindar dan keluar dari kajian etimologi arti sebuah kata. Cara yang salah ketika kita mendefinisikan sebuah kata. Etimologi adalah ilmu linguistik yang mempelajari asal usul makna sebuah kata.
Rocky mencoba menjelaskan bahwa kasus hoaks yang dilakukan Alan Sokal dengan membuat tulisan data-data palsu yang dianalisis kemudian menggunakan nama palsu, tujuannya menguji redaktur sebuah media. Kemudian Rocky Gerung mengatakan hoaks hari ini sama dengan yang dilakukan Alan Sokal dengan mengatakan, “Hal yang sama kita ajukan ujian pada kekuasaan dan kekuasaan bereaksi negatif. Artinya kekuasaan juga gak berpikir.”
Pertanyaan yang harus diajukan adalah hoaks yang anda buat ini untuk menguji kekuasaan apa untuk merebut kekuasaan? Apa ini cara baik? Sama halnya seorang pedagang menipu dengan barang palsu ketika ketahuan bahwa barangnya palsu dia mengatakan saya sedang ingin menguji anda.
Dalam perspektif etimologi, Hocus merupakan kependekan dari Hoces Corpus istilah ini digunakan oleh pesulap dan penyihir sebagai mantra untuk menyatakan semua yang dilakukannya benar dan nyata. Konon masa King James I Raja Inggris, ada seorang tukang sulap yang jago trik menipu mata mengunakan nama samaran Hocus. Kemudian Kata hoaks menurut ahli filologi Inggris Robert Nares, muncul pada akhir abad ke-18 yang diduga dari asal kata Hocus yang artinya jelas ‘untuk menipu’.
Kata hoaks semakin populer di kalangan pengguna medsos setelah film The Hoax (2006) kisah nyata tentang skandal kebohongan dan penipuan terbesar di Amerika Serikat yang dilakukan seorang penulis. Salah satu aktornya diperankan oleh si tampan Richard Gere.
Selain istilah hoaks ada lagi kata yang hampir sama yaitu fake news dimana keduanya sama-sama memiliki makna berita bohong. Perbedaannya, secara istilah fake news adalah berita bohong, berita buatan atau berita palsu yang sama sekali tidak terjadi. Misal ada berita bahwa tadi pagi ada kecelakaan padahal faktanya tidak terjadi apa-apa.
Sedang hoaks itu pembalikan fakta seperti, ‘tadi pagi telah terjadi kecelakaan dan yang meninggal 10 orang penumpang’ faktanya kecekakaan itu memang betul-betul terjadi dan sepuluh penumpang tidak lecet sedikitpun.
Hoaks dan fake news itu sama-sama berbahaya mempunyai daya rusak yang luar biasa dan mengandung fitnah. Saya sepakat dengan Wiranto, jerat saja dengan pasal UU terorisme disamping UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE, kenapa Rocky menjadi ketakutan dan begitu emosional dengan mengatakan “kekuasaan bereaksi negatif, artinya kekuasaan juga gak berpikir.”
Dalam agama Islam kabar bohong dan kesaksian palsu itu masuk kategori dosa besar dan dalam Al-Qur’an larangnya disandingkan dengan penyembah berhala.
ۖ فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الْأَوْثَانِ وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزُّورِ
Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta. (Al-Hajj 22: 30)
Bahkan bila berita palsu tersebut mengandung fitnah maka Al-Qur’an dengan tegas mengatakan bahwa fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan.
….وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ……
(Al-Baqarah 191)
Kenapa bisa begitu, karena daya rusak berita bohong dan fitnah tidak bisa dianggap remeh. Agama apapun, kitab umat beragama apapun tetang kesaksian maupun berita palsu akan melarangnya. Maka pesan saya terakhir berhati-hatilah pada dunia maya, sebab Ahmad Dani meninggalkan dunia maya jatuh pada dunia Wulan.
Leave a Reply