Oleh : Maulana Sholehodin
Sebenarnya saya tidak mau masuk perdebatan saling menyudutkan antara Pro Jokowi dan Pro Prabowo, tiba-tiba saya menjadi gemes ingin masuk ruang diskusi ini tatkala seorang Rocky Gerung menyeret diskusi ini pada wilayah filsafat hermeneutika. Pada acara ILC di TV ONE sang RG mengatakan fiksi adalah energi yang dihubungkan dengan telos dan itu sifat fiksi serta baik, fiksi adalah fiction yang berbeda dengan fiktif, kemudian beliau mengatakan semua kitab suci itu fiksi/fiction.
Dalam konteks teologi Yunani bisa jadi benar apa yang dikatan RG, bahkan dalam teologi Yunani fiksi bukan saja ada hubungannya dengan telos tapi telos itu sendiri disandarkan pada fiksi cerita para dewa. Begitu liarnya imaginasi orang Yunani dalam membuat fiksi hingga ada cerita persetubuhan dewa dengan manusia yang melahirkan manusia setengah dewa.
Fiksi dewa-dewi inilah yang dijadikan telos Yunani, telos ini bahasa Yunani yang menjadi akar dari kata teologi. Dalam bahasa Yunani telos berarti akhir, tujuan, maksud, dan logos ialah perkataan. Dari telos ini kemudian muncul kata Teleologi yang artinya adalah ajaran yang menerangkan segala sesuatu dan segala kejadian menuju pada tujuan tertentu. Jadi jelas dalam konteks sejarah Yunani telos menemukan sandarannya pada fiksi. Tapi tidak dengan agama. Kesalahan terbesar RG adalah mengeneralisir semua kitab suci bagai buku fiksi para dewa Yunani yang menjadi rujukan telos, itu cukup fatal karena dalam Al-Qur’an cukup tegas dzalikal kitabu la raiba fih (ini adalah kitab Al-Qur’an yang tidak ada keraguan didalamnya).
Saya faham bahwa RG mencoba merinci diskusi pada tema fiksi dalam pidato Prabowo, pada perspektif filsafat hermeneutik. Tetapi pembelaan itu menjadi irasional tatkala membenarkan argumen fiksi dan menolak data riset empiris. Hermeneutika adalah salah satu jenis filsafat yang mempelajari tentang interpretasi makna. Nama hermeneutik diambil dari kata kerja dalam bahasa Yunani hermeneu yang berarti menafsirkan, memberi pemahaman atau menerjemahkan. Kata hermenuitik ini diambil dari nama Hermes, dewa Pengetahuan dalam mitologi Yunani yang bertugas sebagai pemberi pemahaman kepada manusia terkait pesan yang disampaikan oleh para dewa di Olympus.
Sebenarnya tidak perlu terlalu jauh menyeret logika Yunani pada diskusi bahasa Indonesia yang sudah jelas gramatikalnya berbeda. Cukup sederhana, coba dilihat pada berbagai buku bahasa Indonesia maka akan dengan mudah ditemukan yang dinamakan fiksi adalah cerita, sifatnya imajinatif yang tidak membutuhkan pengamatan dalam pembuatannya dan tidak perlu dipertanggungjawabkan, karena ide ceritanya berasal dari khayalan atau imajinasi penulis maka sangat imaginatif kadang penuh kiasan. Bagi saya justru menjadi cukup gila tatkala diskusi tentang realitas disandarkan pada fiksi sedang data riset realitas empiris ditolak.
RG juga menolak data kompilasi karena metodologi kompilasi mempunyai titik lemah, pada hasil kompilasi selalu ada beberapa yang hilang (bukan ditutupi), saya sepakat. Tetapi menyandarkan kebenaran pada fiksi dengan menolak data empiris bagi saya sebuah ketidakwarasan metodologis.
Kesimpulannya boleh benci pada seseorang dan boleh mendukung seseorang tapi jangan kemudian kehilangan logika akademis, sungguh saya melihat RG jatuh terlalu dalam pada fiksi Yunani dengan berbekal filsafat hermenutik dimana kata itu berasal dari dewa Hermes fiksi Yunani. Bangunlah, akan kuceritakan sebuah cerita yang tidak fiksi dari surat Al-Fatihah sampai An-Nas.
Dan ingin kusampaikan, “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Maidah: 8)
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ} [المائدة: 8]
Redaktur : Septaria Yusnaeni
Leave a Reply