Oleh: Makhfud Syawaludin*
Redaktur: Brama News
Empat tahun yang lalu, penulis menulis beberapa sajak tentang PMII. Satu diantaranya, beberapa baitnya menegaskan bahwa ketika “PMII kuputuskan sebagai basis kemahasiswaan. Semakin hari aku pun tersadarkan. Aku tersesat di jalan yang benar.” Masih dalam sajak yang sama, bait selanjutnya menegaskan bahwa dari PMII, “Nahdlatul Ulama dikenalkan berkeadaban. Sosok Gus Dur Menjadi Idaman. Kemanusiaan instrumen kunci perjuangan.”
Selanjutnya, hemat penulis, penting untuk menjelaskan kembali tentang tulisan Gus Dur yang berjudul “PMII dan Prioritas Program NU.” Dalam tulisan tersebut, pertama-tama Gus Dur menjelaskan bagaimana kontribusi NU dalam transfromasi sosial budaya, sosial politik. Lalu, peran NU dalam transformasi sosial ekonomi. Dalam menutup pembahasan ini, Gus Dur berbicara bahwa “NU pada saatnya akan memasuki dan menggalakkan tahap transformasi keempat, yakni ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).” Setelah itu, baru lah Gus Dur berbicara tentang PMII.
Dalam tulisan tersebut, Gus Dur memulai dengan meminta agar PMII membantu NU sembari memberikan masukan terhadap gerakan PMII. Bahwa “PMII sudah tidak selayaknya selalu memikirkan masalah-masalah yang global atau yang terlalu makro. Bahkan telah saatnya meninggalkan cara kerja seperti partai politik. Mulailah melakukan yang praktis-praktis, misalnya belajar komputer.”
Berdasar itu, penulis ingin menegaskan, bahwa anggota dan kader PMII, juga harus menguasai keilmuan-keilmuan teknis dan yang dibutuhkan di Abad XXI ini, seperti membuat desain, membuat video pendek, membuat konten youtube dan membuat animasi. Secara teoritis, kita bisa membaca lebih lanjut kaitannya dengan kompetensi yang dibutuhkan di Abad XXI, silahkan googling sendiri.
Selain itu, tentu saja, harus tetap juga rajin membaca (baca: Wajib ain membaca), sehingga kuat literasi informasinya, mampu menulis artikel populer, esai, maupun tulisan-tulisan fiksi. Yang pasti juga, harus ahli dalam disiplin keilmuan program studi (prodi) yang ditempuhnya.
Kaitannya dengan anggota dan kader PMII yang harus ahli dalam disiplin ilmu prodi yang ditempuhnya, penulis ingin menampilkan kembali tulisan lamanya yang berjudul “Berproses di PMII, Selamanya Menjadi PMII,” dengan sedikit modifikasi ala kekinian.
Bahwa, “Ketika engkau adalah kader PMII, jadilah apa yang kalian inginkan dan/atau ahli dibidang tertentu yang kalian minati dengan tetap mempunyai dan menjiwai paradigma pergerakan PMII. Sehingga, ketika kalian menjadi pendidik, jadilah pendidik yang kritis transfromatif. Bila engkau menjadi pengusaha, jadilah pengusaha yang ber-NDP (Nilai Dasar Pergerakan). Bila engkau menjadi politisi, jadilah politisi yang ber-manhaj al-fikr aswaja. Bahkan bila engkau menjadi youtuber, jadilah youtuber yang kritis transformatif.”
Terakhir, selamat kepada para mahasiswa yang sekarang dan sudah mengikuti MaPABa (Masa Penerimaan Anggota Baru) PMII. Selamat, Anda akan tersesat di jalan yang benar. Setelah itu, ditunggu khidmat di Nahdlatul Ulama.
Daftar bacaan:
- Abdurrahman Wahid. “PMII dan Prioritas Program NU” dalam Buku Pemikiran PMII dalam Berbagai Visi & Persepsi (1991)
- Makhfud Syawaludin. “56 Tahun Menginspirasi” dalam buku Antologi Puisi Pergerakan Surau Kami PMII (2017)
- Makhfud Syawaludin. “Berproses di PMII, Selamanya Menjadi PMII” dalam buku Nyanyi Sunyi Kaum Pergerakan (2018).
*Sekretaris Lakpesdam PCNU Kabupaten Pasuruan 2016-2021 dan Sekretaris Umum PC PMII Pasuruan 2014-2015.
Leave a Reply