Sinterklas Bid’ah

Pasang Iklan Anda disini Hubungi Brama News

Penulis : Maulana S.
Redaktur : S. Yusnaeni

Saat disebut kata natal, semua orang (kristen maupun non kristen) yang terlintas dalam pikirannya Yesus atau Isa Almasih dan Santa Claus (sinterklas). Santa Claus bagi saya adalah satu-satunya peri baik hati, gendut, tua dan periang. Sebab biasanya peri itu wanita cantik bersayap dan punya kemampuan sihir.

Sebelum abad 18, natal dirayakan tanpa kehadiran sinterklas. Artinya bahwa sinterklas merupakan hal bid’ah yang ada dalam perayaan natal. Bid’ah dalam bahasa hukum Islam adalah hal baru yang saat jaman nabi tidak ada.Tapi hebatnya dalam agama kristen bid’ah sinterklas dalam perayaan Natal tidak sampai saling mengkafirkan.

Disetiap agama pasti punya tokoh manusia sholeh yang menjadi inspirasi dan legenda yang selalu digambarkan setara bahkan melampaui malaikat. Sebut saja Syekh Abdul Qodir Jailani pada agama Islam, Mahatma Gandi sang jiwa agung pada Hindu India.

Legenda sinterklas berawal dari seorang santa (orang suci) bernama St. Nicholas lahir sekitar tahun 280 di Patara, dekat Myra di Turki. Seorang yang terlampau baik hati, suka berbagi dan membatu orang miskin yang lemah, sehingga popularitasnya pada hari natal bersaing dengan Almasih.

Salah satu kisahnya yang paling terkenal yakni ketika menyelamatkan tiga orang miskin ketika hendak dijual menjadi budak belian atau budak prostitusi oleh ayah mereka. Nicholas menyelamatkan tiga perempuan itu dengan memberi mereka mas kawin agar mereka bisa menikah. Setelah kejadian itu, selama bertahun-tahun, popularitas Nicholas menyebar dan ia dikenal sebagai pelindung anak-anak dan pelaut.

Pada masa Renaissance, St. Nicholas adalah orang suci paling populer di Eropa. Bahkan setelah reformasi Protestan, ketika pemujaan terhadap orang-orang Kudus mulai dilemahkan, St. Nicholas mempertahankan reputasi positif.

Di Amerika St. Nicholas populer sejak menjelang akhir abad ke 18. Pada bulan Desember 1773 dan 1774 sebuah surat kabar menulis ada beberapa kelompok keluarga Belanda yang berkumpul untuk menghormati peringatan kematiannya.

Pada saat itu nama Santa Claus mulai terkenal dengan julukan Sinter Klas yang merupakan singkatan dari Sint Nikolas (bahasa Belanda Saint Nicholas).

Pada tahun 1822, Clement Clarke Moore, seorang menteri Episkopal (keuskupan) menulis sebuah puisi natal panjang untuk tiga putrinya yang berjudul Laporan Kunjungan dari St. Nicholas. Pada puisi tersebut Moore menggambarkan Santa seperti apa yang sering kita lihat saat ini ‘peri tua periang’ dengan sosok gemuk dan kemampuan supranatural untuk menerbangkan kereta rusa terbangnya. Dan populerlah gambar Santa Claus yang sekarang dikenal sebagai sosok yang wajib berkeliling dari rumah ke rumah pada malam natal, yang kemudian meninggalkan hadiah untuk anak-anak.

Kemudian pada tahun 1881, kartunis politik Thomas Nast menyempurnakan gambaran mengenai Santa Claus modern seperti saat ini, dengan menggambar puisi Moore. Kartunnya yang muncul di Harper’s Weekly menggambarkan Santa sebagai pria gemuk, ceria dengan jenggot putih penuh, memegang karung yang berisi mainan untuk anak-anak yang beruntung.

Nama St. Nicholas sebagai sinterklas memanjang melebihi usianya. Namanya tetap hidup sampai hari ini. Siapapun anda, agama apapun anda, bila anda baik maka nama anda akan hidup lama bahkan lebih lama dari selama-lamanya.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.