Penulis : Maulana Sholehodin
Redaktur : Brama News
Beberapa saat lalu muncul perdebatan penamaan hari yang dihubungkan dengan dengan isu agama. Lebih baik pakai Ahad jangan Minggu sebab Ahad itu satu atau esa dan Islamisasi. Sedang penggunaan Minggu itu Kristen, hari Tuhan dan itu Kristenisasi. Saya bingung adakah yang tiba-tiba jadi Kristen dengan hari Minggu.
Ya memang sejarah nama “Minggu” diambil dari bahasa Portugis Domingo (dari bahasa Latin Dies Dominicus yang berarti “dia do Senhor”, atau “hari Tuhan kita”). Ini diserap oleh bahasa Melayu awal, kata ini dieja sebagai Dominggu yang kemudian jadi Minggu. Ketika bangsa ini memilih bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia maka Minggu ikut terserap.
Orang Portugis sungguh salah menyebut minggu hari Tuhan. Sebenarnya menurut Kristen hari Tuhan itu sabtu. Dalam Alkitab (Kejadian 2:2–3). Tuhan menyelesaikan membuat langit dan bumi selama 6 periode/hari dan berakhir pada hari Sabat (sekarang sabtu) maka kuduskan hari Sabtu dan Tuhan memberkati. Yesus bangkit pada hari Sabtu dan juga Yesus datang saat kiamat pada hari Sabtu.
Tentang Tuhan mencipta alam semesta dalam Alquran juga diceritakan selama enam hari tapi tidak menyebut hari sebab saat itu nama hari belum ada.
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ
“Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari,” (QS Hud: 7).
Yudaisme atau orang Yahudi menganggap hari Sabtu hari Tuhan sebab Tuhan istirahat pada hari Sabtu setelah selesai membuat semesta.
“Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat” (Keluaran 20:8; lihat juga A&P 68:29).
Kata Sabat berasal dari kata Ibrani yang artinya istirahat. Sungguh kata yang dipakai pada semua Alkitab bukan istirahat tapi Tuhan telah berhenti (selesai membuat semesta).
Bagaimana dengan nama Ahad sebagai hari Minggu? Hari Ahad, Isnain sampai Sabtu sudah ada sebelum Islam hadir di Arab. Artinya dia lahir saat pra islam yang disebut masa jahiliyah masa kekafiran bangsa Arab. Bahkan nama hari Sabtu (sabat) sudah ada sejak Ibrani kuno. Penamaan nama-nama hari pada Arab dengan menyebut angka Ahad (satu), Isnain (dua), Tsalasa (tiga), Arba’ (empat), Khomis (lima), Jumat dan Sabtu.
Hari-hari Arab ini resmi digunakan di Jawa saat Sultan Agung meresmikan kalender Jawa pada Jumat Legi tanggal 1 Sura tahun Alip 1555 J atau 1 Muharram 1043 H, atau 8 Juli 1633. Dan ketika Indonesia merdeka nama-nama hari menjadi Minggoe, Senen, Selasa, Kamis, Jum’at dan Settu.
Sedang bangsa Eropa mengikuti mitos Yunani. Hari dimulai dari susunan langit tertinggi atau pertama yang berisi planet Saturnus (dengan dewa Saturnus) jadilah hari Saturday (sabtu). Kemudian langit dibawahnya yang berisi planet matahari atau sun yang bersemayam dewa matahari atau sun jadilah Sunday (minggu), dilanjut langit ketiga berisi planet bulan atau mon jadilah Monday (Senin), langit keempat berisi Mars dengan nama lain Tue jadilah Tuesday (Selasa), langit kelima berisi Mercurius dengan nama lain Wudne maka jadilah Wednesday (Rabu), langit keenam berisi planet Jupiter dengan nama lain Trus jadilah Trusday (Kamis) dan langit terbawah berisi Venus atau Frea maka jadilah Friday (Jumat). Nah menurut teori ini akhir pekan adalah hari Jumat bukan Minggu sedang menurut Arab akhir pekan adalah Sabtu atau Sabat sebab hari dimulai dengan Ahad atau Minggu, menjadi salah semua bila dianalisa lebih dalam secara ilmiyah.
Jadi Ahad dan Minggu bukanlah simbol agama juga Ahad tidak lebih Islami dari Minggu sebab Ahad lahir jauh sebelum peradaban Islam lahir. Dan saya akan bingung bila Minggu diganti Ahad sebab akan kesulitan menyanyikan lagu koesplus “kisah sedih di hari Minggu” menjadi kisah sedih di hari Ahad. Kesimpulan terakhir “Tuhan mencipta semesta selama enam hari sedang kamu menjadi semesta rinduku melampaui hitungan hari” Eng ing eng.
Selamat berakhir pekan…
Leave a Reply