Corona Pasti Berlalu

Pasang Iklan Anda disini Hubungi Brama News

Penulis : Maulana S.
Redaktur : S. Yusnaeni

Kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat dan kesabaran adalah permulaan kesembuhan. (Ibnu Sina)

Quote di atas adalah quote Ibnu Sina pada awal abad 11, orang barat memanggilnya Avicenna yang disebut-sebut sebagai bapak kedokteran modern, tetapi sesungguhnya dia merupakan bapak segala ilmu bukan saja kedokteran. Terlahir dengan nama Abu Ali Al-Hussain bin Abdullah bin Sina pada 22 Agustus 980 M / 370 H di Afsyanah wilayah Uzbekistan.

Menurut Ibnu Sina ketenangan hati akan merangsang sistem imunitas (kekebalan) tubuh meningkat, sebaliknya kecemasan dan kepanikan akan meruntuhkan imunitas tubuh maka tubuh akan mudah sakit.

Menurut dr. Andri, SpKJ, FACLP saat ini ketika kita membaca berita atau cerita tentang gejala virus corona dan tiba-tiba kita merasa tenggorokan kita gatal, nyeri dan merasa sedikit meriang walaupun suhu tubuh normal. Itu reaksi wajar dari orang yang cemas dan panik, hal itu disebut reaksi psikosomatik.

Amygdala atau pusat rasa cemas sekaligus memori kita selalu disiagakan selama wabah corona ini. Medsos membincang ketakutan dan ke-ngerian virus corona hingga amygdala kita selalu on yang akhirnya tidak sanggup mengatasi kerja berat itu.

Teori ini sudah diutarakan oleh Ibnu Sina pada abad 11. Untuk itu mari alihkan pikiran kita pada kegiatan yang menyenangkan, bisa wiridan, toh ada Tuhan diatas segalanya, nonton film di rumah, baca buku atau jima’ dengan pasangan agar terjadi relaksasi dan santai pikiran kita.

Ibnu Sina adalah orang yang begitu luar biasa geniusnya, saat umur 5 tahun sudah mulai menghafal Al-Quran dan menjadi dokter / tabib Sultan saat umur 17 tahun setelah dia melahap banyak referensi dan melakukan penelitian otodidak. Kepopulerannya sebagai dokter saat Ibnu Sina berhasil menyembuhkan Sultan Nuh bin Mansur (976-997), salah seorang penguasa Dinasti Samaniah setelah banyak tabib dan ahli pengobatan Sultan gagal mengobatinya.

Bagi banyak orang, Ibnu Sina adalah ‘Bapak Kedokteran Modern’. Selain itu, masih banyak lagi sebutan yang ditujukan padanya, terutama berkaitan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat terkenal adalah Qanun fi Thib atau The Canon of Medicine yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.

Sebagai imbalannya Sultan menghadiahkan jabatan Dokter kerajaan dengan hak menetap di istana. Tetapi remaja ini menolak, dia meminta diperbolehkan masuk perpustakaan kerajaan yang penuh buku kuno. Sejak saat itu dia melahap ribuan buku yang membuatnya semakin ahli di banyak bidang.

Ibnu Sina selain terkenal sebagai orang yang ahli dalam ilmu agama dan kedokteran, juga ahli dalam bidang matematika, logika, fisika, geometri, astronomi, metafisika dan filosofi. Pada usia 18 tahun, Ibnu Sina memperoleh predikat sebagai seorang fisikawan. Dia juga mendalami fikih dan menafsirkan ayat-ayat Al-Quran. Ia banyak menafsirkan ayat-ayat Al-Quran untuk mendukung pandangan-pandangan filsafatnya.

Sepeninggal ayahnya saat Ibnu Sina umur 22 tahun ia mulai berkelana, menyebarkan ilmu dan mencari ilmu baru. Tempat pertama yang dituju ialah Jurjan, sebuah kota di Timur Tengah. Disinilah ia bertemu dengan seorang sastrawan dan ulama besar Abu Raihan Al-Biruni, kemudian berguru kepada Al-Biruni.

Kemudian melanjutkan perjalanannya untuk belajar ke Rayy dan Hamadan, sebuah kota dimana karyanya yang spektakular Qanun fi Thib mulai ditulis. Lalu ia menuju ke daerah Iran. Disepanjang jalan yang dilaluinya, banyak lahir karya-karya besar khususnya ilmu tentang kedokteran.

Tulisannya yang paling legendaris Qanun fi Thib The Canon of Medicine tentang ensiklopedia dengan jumlah jutaan item tentang pengobatan dan obat-obatan. Ia juga orang yang pertama kali memperkenalkan penyembuhan secara sistematis, dan ini dijadikan rujukan selama tujuh abad lamanya.

Ibnu Sina pula yang mencatat dan menggambarkan anatomi tubuh manusia secara lengkap untuk pertama kalinya. Dan dari sana ia berkesimpulan bahwa, setiap bagian tubuh manusia, dari ujung rambut hingga ujung kaki kuku saling berhubungan.

Ia juga seorang dokter yang pertama kali merumuskan kesehatan fisik dan jiwa saling berkaitan. Lebih khusus lagi, ia mengenalkan dunia kedokteran pada ilmu yang sekarang diberi nama pathology dan farma, yang menjadi bagian penting dari ilmu kedokteran.

Selain The Canon of Medicine, ada satu lagi kitab karya Ibnu Sina yang tak kalah dahsyatnya. Asy-Syifa, begitu judul kitab karya Ibnu Sina ini. Sebuah kitab tentang cara-cara pengobatan sekaligus obatnya. Kitab ini di dunia ilmu kedokteran menjadi semacam ensiklopedia filosofi dunia kedokteran. Dalam bahasa latin, kitab ini di kenal dengan nama ‘Sanatio’.

Dan akhirnya ulama yang genius ini wafat pada tahun 428 H/1037 M di kota Hamdan, Iran. Beliau pergi setelah menyumbangkan dasar-dasar ilmu kedokteran modern.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.