Tidak pernah hatiku segunda ini saat menulis. Sedih, bingung, kecewa dan takut, terbayang bagaimana Hadrotussyekh Hasyim Asyari dan para pendiri NU akan kecewa bila mereka tidak berkenan pada tulisan ini. Akhirnya kumantapkan menulis dengan tawasul sambil berucap mbah Hasyim ini bukan untuk NU tapi untuk ketua PBNU yang bernama Gus Yahya Cholil Staquf.
Belakangan warga NU dikejutkan oleh pemecatan Almukarrom KH. Marzuqi Mustanar Ketua Tanfidziah PWNU Jawa Timur. Keputusan ini membuat sakit, kecewa dan marah warga NU bukan saja di Jawa Timur tapi di Indonesia.
NU itu Nahdlatul Ulama’ (kebangkitan ulama), artinya bahwa organisasi ini milik ulama’ bukan milik pengurus NU. Kalau toh ada yang bukan ulama jadi pengurus NU itu fungsinya “laden” atau ngaddam / pelayan untuk para ulama betapapun tingginya jabatannya dalam struktur NU.
Ulama itu siapa? Banyak definisi di berbagai kitab kuning. Saya ambil salah satu dari Syekh Hasan Basri
وقال الحسن البصري : العالم من خشي الرحمن بالغيب ، ورغب فيما رغب الله فيه ، وزهد فيما سخط الله فيه ، ثم تلا الحسن : ( إنما يخشى الله من عباده العلماء إن الله عزيز غفور)
Hasan Al Bashri berkata: Ulama adalah orang yang takut kepada Allah dalam keadaan sendirian, senang dengan apa yang disenangi dan dicintai Allah, zuhud terhadap apa yang dibenci Allah.
Dalam beberapa definisi lain, ada yang menambahkan Alim dan Faqih (ahli fiqh). Pertanyaannya lebih alim siapa KH. Marzuqi Mustamar dengan Gus Yahya? Lebih faqih mana? Lebih waskito siapa? Lebih zuhud siapa? Semua orang pasti menjawab KH. Marzuki Mustamar.
KH. Marzuqi tidak netral dalam pilpres? Iya, itu haknya sebagai manusia dan itu dilakukan juga oleh Gus Yahya. Tapi apakah KH. Marzuqi sampai menggunakan organisasi NU? Jawabannya, TIDAK. Tidak sampai memberi jabatan pada Anis dan Gus Imin, tidak sampai memberi sertifikat kader. Artinya KH. Mustamar mendukung capres dengan gayanya sedang Gus Yahya dengan kasarnya. Jadi sama-sama punya dukungan, bila menurut AD/ART harus mundur maka Gus Yahya harus mundur lebih awal.
Sejak membanserkan Erick Tohir, membrandingnya sebagai kader NU, warga NU sudah tidak nyaman dengan gerakan politik Gus Yahya. Boleh mengajak orang berNU dan itu harus, tapi tidak lantas seperti itu sampai diberi jabatan di PBNU. Maksud dimasukkan NU adalah diajak beramal seperti amaliah NU, diajari aqidah dan ubudiah ahlu sunnah waljamah. Bukan diklaim kader terbaik terus dipasarkan untuk cawapres, ini namanya menjual NU dan NU dijual terlampau murah hanya untuk urusan kekuasaan.
KH. Marzuqi memang terlalu bersemangat mendukung Gus Muhaimin, tapi argumentasinya rasional bahwa Gus Imin kader NU bahkan cucu biologis salah satu pendiri NU. Publik menilai KH. Marzuqi berpolitik dengan gayanya sedang Gus Yahya dengan kasarnya.
Jawa Timur adalah tanah kelahiran NU, percontohan cara berNU secara organisasi maupun ubudiah, maka disinilah marwah NU yang seharusnya dijaga. Bila Gus Yahya ingin membenahi PWNU, maka PBNU harus kerja keras membenahi PWNU Papua, Maluku, Sumatra, Sulawesi dan lain-lain. Membenahi ketua Ansor Gus Yaqut adik Gus Yahya yang tidak mau turun dari jabatan PBGP ANSOR yang telah lewat hampir 3 tahun. Bukan malah memecat ulama besar di tanah kelahiran NU, dimana NU berkembang dengan pesat.
Jabatan KH. Marzuqi memang hanya ketua Tanfidziah PWNU Jawa Timur, tapi beliau ulama besar yang fatwanya selalu ditunggu umat. Sedang Gus Yahya hanya ketua PBNU yang bila tidak lahir dari keluarga Rembang maka dia bukan siapa-siapa, tanpa jabatan PBNU tidak akan bisa apa-apa.
Di NU ada yang lebih tinggi dari AD/ART, yaitu AKHLAQ / MORALITAS. Bila kita tidak berakhlaq maka kita bukanlah NU. Maka hormatilah ulama karena merekalah pemilik organisasi ini. Ulama besar yang faqih Sekelas KH. Marzuqi Mustamar diperlakukan tidak hormat hanya karena beda dukungan pilpres yang hanya kurang satu setengah bulan. Apakah ini soal tambang yang sedang ramai diperbincangkan? Sehingga harus sekasar ini?
Belum pernah para pendahulu itu mengukur Pengurus NU dan membincang gerakan NU dengan AD/ART. Sejak Hadrotussyekh Hasyim sampai Gus Dur tidak pernah gambar-gembor AD/ART, misi utama NU itu misi ke-Nabian (warosatul ambiya’) dan misi utama Nabi adalah :
إنما بُعثتُ لأتمم مكارم الأخلاق
“Sesungguhnya aku di utus untuk menyempurkan kemuliaan akhlaq”.
Itu misi besar Nahdlatul Ulama. Begitu hebatnya NU dulu bersama Gus Dur yang menjadi kiblat rujukan moralitas bukan saja Nahdliyin tapi juga para pendeta, pastur dan lainnya. Bukan menjadi badut politik yang ditertawakan umat.
Gus Yahya telah keluar bukan aaja dari AD/ART, tapi sudah keluar dari qonun asasi NU yang dibuat Hadrotussyekh Hasyim Ashari.
Penulis : Maulana Sholehodin
Ketua Presidium NCC (NU Crisis Center).
Leave a Reply